Psikotes Inventori atau Proyektif: Mana yang Lebih Cocok?
- japc.co.id
- Jul 12, 2024
- 3 min read

"I consider the most important job of someone like myself as recruiting."
- Steve Jobs
Selain tugas dan tuntutan pekerjaan, seorang pemimpin di sebuah perusahaan seringkali menghadapi bagian yang paling menantang: memilih kandidat yang tepat untuk memenuhi posisi tertentu. Untuk membuat keputusan yang tepat, Anda memutuskan untuk menggunakan tes kepribadian dalam proses seleksi. Tapi pertanyaannya adalah, apakah Anda harus menggunakan tes inventori atau tes proyektif? Memahami metode mana yang lebih cocok untuk kebutuhan organisasi Anda dapat berdampak signifikan pada proses pengambilan keputusan dan keberhasilan tim secara keseluruhan.
Asesmen kepribadian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi berbagai aspek dari karakter, perilaku, dan ciri khas seseorang. Secara umum, asesmen dapat dikategorikan ke dalam 2 jenis: tes inventori dan tes proyektif. Kedua jenis tes memiliki keunggulan dan manfaat tersendiri, tapi sebenarnya yang mana yang lebih cocok dalam konteks industri dan organisasi?
Tes Inventori, atau dikenal juga sebagai tes obyektif, terdiri dari pertanyaan dan pernyataan yang telah terstandarisasi dengan pilihan respons yang spesifik. Contoh dari tes inventori adalah Big Five Personality Traits, 16 Personality Factors, atau DiSC test. Alat ukur ini sudah disusun secara terstruktur dan sistematis, sehingga dapat diskoring secara konsisten dan memberikan data berupa angka yang lebih mudah diinterpretasi.
Kelebihan utama dari tes inventori adalah reliabilitas dan validitas yang tinggi, sehingga hasil dipercaya dapat menilai karakter dan perilaku seseorang secara tepat dan konsisten. Dengan reliabilitas dan validitas yang tinggi memungkinkan perbandingan hasil antar individu. Selain itu, tes inventori juga seringkali digunakan karena efisiensi waktu. Dengan pengambilan data dan skoring yang cepat, efisiensi bisa menguntungkan organisasi yang berada dalam lingkungan yang mana waktu adalah faktor yang penting.
Sementara itu, tes proyektif menyajikan kita dengan stimulus / soal tes yang ambigu. Tes ini bertujuan mengungkapkan pikiran dan perasaan yang berada di alam bawah sadar seseorang, sehingga aspek dari kepribadian yang terpendam ini dapat diinterpretasikan. Contoh dari tes proyektif adalah tes menggambar figur manusia dan menggambar pohon. Memahami tes proyektif dibutuhkan keahlian yang khusus.
Berbeda dengan tes inventori yang hanya mengungkapkan perilaku di permukaan, tes proyektif dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai siapa dan apa yang mendorong seseorang untuk berperilaku. Tes proyektif pun menyediakan fleksibilitas untuk mengadaptasi proses penilaian berdasarkan respons individu, sehingga tidak kaku seperti tes yang telah terstandarisasi.
Saat menentukan tipe asesmen kepribadian yang mana yang lebih baik digunakan dalam konteks spesifik organisasi Anda, beberapa faktor perlu dipertimbangkan:
Sifat dari Pekerjaan
Pada beberapa kebutuhan seperti rekrutmen dan seleksi staf, mungkin Anda lebih membutuhkan alat ukur yang terstandarisasi dan efisien, sehingga hasil penilaian kandidat dapat dilakukan dengan cepat dan konsisten untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Lain lagi dalam promosi pada posisi penting dalam organisasi, pemilihan alat ukur yang lebih mendalam untuk mengetahui motivasi dan dorongan seseorang mungkin lebih sesuai dengan kebutuhan Anda.
Ketersediaan Sumber Daya
Pertimbangkan pula sumber daya yang tersedia dalam organisasi Anda, termasuk waktu dan keahlian tim. Tes inventori lebih praktis untuk sebagian besar organisasi karena memerlukan lebih sedikit waktu dan pelatihan khusus untuk mengadministrasikan dan menginterpretasikan hasil.
Kedua jenis asesmen, tes inventori dan tes proyektif, memiliki keunggulan dan manfaatnya dalam penilaian kepribadian seseorang, tetapi kesesuaiannya tergantung pada konteks dan tujuan spesifik dari asesmen tersebut. Dalam konteks organisasi, tes inventori umumnya lebih praktis karena sifatnya yang sudah terstandarisasi, reliabel, dan efisien. Namun, tes proyektif dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam ke dalam aspek-aspek tertentu dari kepribadian yang penting untuk ditelusuri dalam situasi dan konteks tertentu.
Pemilihan tes sudah seharusnya berdasarkan oleh pemahaman menyeluruh tentang persyaratan pekerjaan, tujuan dari asesmen, dan sumber daya yang ada. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, organisasi dapat memilih alat ukur yang paling tepat untuk meningkatkan proses seleksi dan membangun tim yang lebih kuat dan kohesif.
Referensi:
コメント